Punya banyak website dan blog tapi nggak punya waktu buat bikin artikelnya? Sini, biar saya bantu

Pengalaman Pertama Melewati HARBOLNAS Sebagai Penjual

harbolnas
Harbolnas

Bulan Desember di awal decade kedua abad ini jadi cukup spesial buat saya. Pasalnya di bulan ini ada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) dan kali ini saya yang jadi penjual, bukan pembeli seperti biasanya. Ya meskipun gak seheboh orang lain yang sudah senior, namun tetap saja ini mengesankan bagi saya.

Sejak ada harbolnas, saya biasanya membeli barang-barang yang saya pengin karena harganya lebih murah dari biasanya. 

Padahal saya juga tahu di hari itu pasti banyak orang yang mengincar barang tersebut dan ini artinya ada kemungkinan barangnya habis sebelum saya melakukan checkout. 

Yah gak bisa dimungkiri scrolling barang diskonan itu seru banget! Namun keseruan ini jauh berbeda saat saya menjadi penjual meskipun saya gak mengadakan diskon sendiri alias cuma numpang ke supplier.

Di harbolnas kemarin saya gak bisa lepas dari hape seharian penuh. Pokoknya mulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam 8 malam mata saya masih melototin layar hape. 

Coba kamu bayangkan, supplier saya posting promo 12.12 di akun instagramnya dan baru beberapa jam sudah ada 800 komentar lebih. Saya dan reseller lain tentu gak mau buang-buang kesempatan dong. 

Di kolom komentar tersebut saya menawarkan jasa "menitipkan pesanan mereka ke supplier".

Jadi supplier yang satu ini gak seperti supplier yang lain. Di saat supplier lain dengan kerendahan hatinya memberikan diskon yang sama kepada end user dan reseller, supplier satu ini lebih baik hati karena mereka gak dagang secara langsung ke end user. 

Dengan begitu reseller seperti saya jadi punya kesempatan buat mencari sedikit rezeki. Kalau dalam bahasa Sunda ini disebut "paciwit-ciwit bati".

Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa scrolling barang diskonan itu menyenangkan, tapi scrolling calon pembeli jauh lebih menyenangkan. 

Pasalnya saya dituntut untuk secepatnya menawarkan jasa atau menuliskan balasan di komentar calon pembeli. 

Biar dalam bisnis kami para reseller adalah saingan, namun etika berbisnis juga harus tetap dijaga. 

Jadilah muncul aturan gak tertulis bahwa "yang duluan komen yang dapet kesempatan paling besar".

Kenapa saya bilang "kesempatan paling besar" bukan "dapat rezeki"? Karena meskipun sudah menawarkan jasa lebih cepat daripada yang lain, masih ada kemungkinan calon pembeli memilih reseller lain yang "sudah punya nama" dan "berani menawarkan gratis ongkir" kepada mereka. 

Jadi walau saya berhasil menjadi penjual pertama yang mengetuk DM 100 calon pembeli, belum tentu mereka semua mau beli.

Lantas apakah saya menyerah?

Tentu tidak, dong.

Berbekal keyakinan bahwa rezeki sudah ada yang mengatur dan modal pelayanan cepat, jujur, dan ramah saya maju ke depan. 

Membalas komentar calon pembeli satu per satu. Istilahnya yang penting DM aja dulu, beli atau nggak urusan belakangan. 

Pada akhirnya semua ditentukan oleh rezeki dan pelayanan yang saya berikan tadi.

Bahkan ada juga yang bilang takut ditipu karena saya minta dia bayar di awal. Awalnya saya sebel, sih. 

Biar bagaimanapun keuntungan yang saya dapatkan itu gak besar dan masih bisa saya cari sendiri, jadi buat apa saya menipu, ya kan? 

Tapi gak bisa dimungkiri juga bahwa di dunia online shop penipuan masih sering terjadi. Artinya saya gak bisa menyalahkan calon pembeli saat itu.

Pada akhirnya saya menyuruh si calon pembeli ini untuk "googling" nama saya di google dan bilang bahwa itu nama asli saya. 

Awalnya saat disuruh begini dia masih sedikit ragu-ragu tapi saya gamau kehilangan rezeki yang sudah di depan mata. 

Saat itu juga saya "googling" nama sendiri lalu meng-screenshot-nya dan mengirimkan screenshot tersebut kepada si calon pembeli. 

Di sini mulai muncul sedikit kepercayaannya tapi keraguannya masih belum hilang juga.

Dalam hati saya berpikir "pokoknya biar bagaimanapun saya harus bisa closing di sini, saat ini juga!" 

Jurus terakhir pun saya pakai: akun instagram asli saya dikeluarkan untuk memfollow akun si calon pembeli. 

Dengan begitu, seharusnya dia bisa melihat wajah asli saya lalu memercayakan pesanannya itu.

Dan setelah mengeluarkan tiga jurus andalan akhirnya BOOM!!!! closing juga. wkwkwk seneng banget sumpah deh.

Di Hari belanja online nasional kemarin saya sampai burnout di malam harinya dan gamau pegang hape sama sekali. Rasanya semua energi saya terkuras habis sepanjang hari dan butuh dicas secepat mungkin. hihihi. 

Parahnya lagi, besoknya saya mengurangi intensitas promosi di instagram karena rasanya sudah cukup dan capek juga kan. Agak sombong sih, profit belum seberapa tapi udah ngurangi aktivitas jualan. 

Tapi gimana lagi ya kan, saya udah merasa rezeki yang saya dapatkan cukup jumlahnya jadi biar orang lain aja deh :D

Yah mudah-mudahan pengalaman harbolnas tahun ini bisa menjadi latihan buat saya saat suatu hari nanti pesanan di toko daring saya jumlah nya banyak banget. Amiinkeun gaees :D

Content Writer, Penjaga Toko Buku Daring, Wibu Full Time.