Punya banyak website dan blog tapi nggak punya waktu buat bikin artikelnya? Sini, biar saya bantu

When You're Gone #4: Terima Kasih :)




Malam ini, ada satu email yang masuk. Namamu ada di bar notifikasinya. Lewat email itu, kamu bilang bahwa kamu baik-baik saja. Awalnya aku kaget dan bingung, kenapa kamu bisa tau aku sedang menunggu kabarmu, setelah kuingat lagi, rupanya kamu membaca tulisanku di blog, ya?

Jelas aku bahagia kamu mau menjawab pertanyaanku, tapi aku kebingungan untuk menjawab email darimu itu—haruskah aku jawab atau kubiarkan saja? Jika aku jawab, akankah kita kembali dan berputar di lingkaran yang sama? Jika tidak, sanggupkah aku menahan rindu ini lebih lama lagi?

Aku ingin kamu kembali, sungguh, tapi waktunya belum tepat. Kurasa kita akan tetap berakhir dengan cara yang sama jika kamu kembali padaku. Dan kupikir kamu sangat mengerti tentang ini.

Aku bersyukur kamu baik-baik saja dan semoga kamu tidak sedang menghiburku. Kamu pernah mengatakan bahwa sulit bagimu untuk lepas dariku, karena untuk keputusan paling remeh pun kamu perlu meminta pendapatku. 

Lalu aku berpikir, bagaimana caranya kamu bertahan tanpaku? Pikiran ini yang akhirnya membuatku ingin tau apa kabarmu. Syukur alhamdulillah, kamu baik-baik saja.  

Aku tau dan percaya bahwa kita membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan. Namun kurasa, waktuku akan lebih lama dan semoga ini hanya firasatku saja. 

Tapi kamu juga pasti menyadari, sejak dulu saat kita putus, aku lah orang yang tidak bisa menghilangkan perasaan ini. Maka, sejak dulu pula aku dan kamu tidak bisa menjadi teman setelah putus.

Aku minta maaf untuk itu. Sepertinya aku memang tidak sedang baik-baik saja. Tapi tak perlu khawatir, kali ini biar aku selesaikan sendiri sisa-sisa hubungan kita. 

Kamu tidak perlu merasa bersalah dan menghubungiku lagi.

Rasanya, untuk saat ini, kita cukup berkomunikasi lewat tulisan dan mungkin juga doa. Terima kasih sudah mencintaiku selama ini, aku masih merindukanmu :)

Content Writer, Penjaga Toko Buku Daring, Wibu Full Time.