Punya banyak website dan blog tapi nggak punya waktu buat bikin artikelnya? Sini, biar saya bantu

Review Anime Barakamon: Belajar Menerima dan Menghargai Diri Sendiri

Review anime barakamon, anime slice of life yang jenaka sekaligus bermakna.
review-anime-barakamon

Barakamon sebagai anime slice of life sukses menyuguhkan cerita yang ringan, jenaka, sekaligus bermakna. Maka dari itu, kamu bisa menikmati anime ini dengan berbagai cara.

Mau cuma nonton doang tanpa mikirin apa-apa? Boleh. Mau menikmati komedi yang ada di tiap episode-nya? Gapapa. Mau menggali makna dibalik kepergian Handa Seishuu ke desa Nanatsuke? Bisa banget!

Semua cara ini sudah saya coba dan masing-masing punya kesan yang berbeda. Nah, review anime Barakamon kali ini saya buat setelah mencoba memahami apa pelajaran yang bisa didapatkan dari cerita Handa-kun pindah ke desa Nanatsuke.

Daftar Isi

Sinopsis Anime Barakamon

review-anime-barakamon

Barakamon menceritakan kehidupan Handa Seishuu—seorang pemuda 23 tahun asal Tokyo—di desa Nanatsuke yang lokasinya jauh ke mana-mana. Handa harus meninggalkan kehidupan di kota setelah meninju seorang kurator kaligrafi terkenal yang menyebut karyanya “biasa saja”, “nggak punya ciri khas”, dan “terlalu monoton”.

Di Nanatsuke, Handa bertemu dengan Naru—bocil baik hati yang jail—dan beberapa “akamsi” lainnya. Selama 12 episode, kamu akan menyaksikan bagaimana interaksi Handa dengan semua akamsi itu mampu mengubah kepribadian dan juga karyanya.

Baca juga: 90 Rekomendasi Anime Terbaik dari Berbagai Genre

Pencarian dan Penerimaan Diri Sendiri dalam Anime Barakamon

Cerita Barakamon berangkat dari masalah Handa yang sulit keluar dari zona nyamannya dalam membuat kaligrafi. Berkat didikan ayahnya, dunia seorang Handa kecil hanya berputar di sekitar seni kaligrafi saja.

Waktu teman-teman sebayanya sibuk menikmati hidup, dia justru asyik membikin kaligrafi dan jalan-jalan dari satu kompetisi ke kompetisi lainnya. Hasil dari dedikasi yang tinggi ini adalah seorang Handa yang strict to the basic.Baginya, kaligrafi dikatakan bagus jika dan hanya jika berpaku pada ilmu dasar penulisan kaligrafi itu sendiri.

Secara kualitas, karya-karya Handa memang lebih bagus dibanding seniman kaligrafi seusianya. Karyanya sering mejeng di urutan pertama dalam berbagai kompetisi. Nggak terhitung sudah pujian yang masuk ke telinganya.

Pencapaian ini jelas bikin dia percaya pada kemampuannya sendiri. Karena itu, dia nggak bisa menerima kritik pedas dari seorang kurator yang jalan saja harus dibantu tongkat kayu.

review-anime-barakamon

Rasa percaya diri seperti ini memang bagus, tapi kalau terlalu berlebihan jadi nggak baik juga. Di awal cerita, Handa adalah pengejawantahan dari pepatah “ikan besar di kolam yang kecil”, keahliannya terasa luar biasa karena berada dalam dunia yang sempit.

Padahal kalau dilihat dari jarak jauh, toh dia hanya seorang seniman kaligrafi muda yang karyanya monoton. Nggak ada keindahan seperti kesenian lain yang sejenis. Kalau kata Naru, kaligrafi Handa mirip seperti tulisan guru di sekolahnya jadi bisa ditiru dengan mudah.

Dengan kata lain, karyanya nggak punya ciri khas sama sekali. Dalam dunia profesional yang luas sekaligus kejam, Handa cuma seniman kaligrafi medioker yang nggak tahu cara lain menulis kaligrafi.

Ibarat sebuah kafe, Handa hanya menyuguhkan menu yang lagi nge-trend, sudah pasti laku, dan bisa ditemukan di kafe mana pun. Dia nggak punya signature menu yang jadi andalannya sendiri.

Padahal, signature menu itu daya tarik terbesar yang bisa dia unggulkan. Kafe yang nggak punya signature menu nggak bisa bertahan lama karena bisa dikalahkan oleh kafe lain dengan menu sama tapi rasanya lebih enak.

Dalam konteks hidupsignature menu sama dengan ciri khas yang tujuan dan arahnya jelas. Orang yang punya ciri khas cenderung bisa menjaga eksistensi di dunianya sendiri sebab dia punya kelebihan khusus yang nggak ada pada orang lain.

Bahkan Meekyung, dalam bukunya “Bukan Maksudku Tak Menghargai Diri”, bilang bahwa kelebihan khusus ini sangat bisa menumbuhkan self-esteem yang unik pada pemiliknya. Dan self-esteem jadi salah satu kunci penting dalam hidup.

Kalau dipikirkan lebih jauh lagi, ciri khas yang kita miliki akan jadi jawaban buat pertanyaan “siapa aku sebenarnya?” alias bantuan untuk mengidentifikasi diri sendiri. Orang yang tahu identitasnya sendiri biasanya akan mudah menghargai diri sehingga bisa menghadapi berbagai situasi sulit yang muncul dalam hidupnya.

Di episode enam, Handa baru menyadari kekurangannya ini yang bikin karyanya monoton dan biasa saja. Setelah itu, dia bertekad untuk menemukan “kaligrafi” miliknya sendiri yang beda dari orang lain.

Inilah salah satu perkembangan seorang Handa yang bisa kamu saksikan di anime Barakamon. Handa yang awalnya merasa sulit menerima kekalahan, di episode akhir sudah bisa menerima saat karyanya berada di posisi lima kompetisi yang cukup bergengsi.

Dia juga nggak perlu lagi berada dalam kondisi yang tenang untuk membuat sebuah kaligrafi. Dari keseharian bersama penduduk desa Nanatsuke, Handa belajar tentang cara mencari inspirasi bagi karya-karyanya.

Pada akhirnya, Handa bisa menerima dirinya sebagai kesatuan yang utuh. Ini jadi modal penting baginya dalam menghadapi berbagai situasi sulit, seperti saat meyakinkan ibunya untuk memberikan izin dia tinggal di desa Nanatsuke.

Content Writer, Penjaga Toko Buku Daring, Wibu Full Time.